Selingkuhi Kakak Ipar Ku Setelah Aku Kasih Obat Perangsang
Saya miliki seseorang kakak ipar, Yanti Herawati namanya. Usianya telah 34 th., lebih tua 6 th. dari istriku.
Mba Yanti, demikian saya memanggilnya, telah menikah dengan dua anak. Tidak sama dengan istriku yang condong kurus, Mba Yanti berbody montok dengan dada serta pantat yang semakin besar di banding istriku.
Tempat tinggal Mba Yanti tidaklah terlalu jauh dengan rumahku hingga saya serta istriku kerap bertandang serta demikian sebaliknya. Namun saya lebih sukai bertandang ke tempat tinggalnya, karna di tempat tinggalnya, Mba Yanti umum menggunakan baju tempat tinggal yang enjoy bahkan juga condong terbuka. Pernah satu pagi saya bertandang, dia barusan bangun tidur serta kenakan daster tidak tebal tembus pandang yang memperlihatkan buah dada besarnya tanpa ada bra. Juga pernah saya satu saat Mba Yanti dengan santainya keluar kamar mandi dengan lilitan handuk serta tiba2x handuk itu melorot hingga saya terpana lihat badan montoknya yg bugil. Sayang saat itu ada istriku hingga saya bertandingk buang muka.
Satu pagi di hari Minggu, saya disuruh istriku mengantarkan makanan yang dibuatnya untuk keponakannya, anak-anak Mba Yanti. Tanpa ada fikir panjang saya segera melajukan mobilku ke tempat tinggal Mba Yanti, kesempatan ini sendirian saja. Serta satu hal yang membuatku semangat yaitu kenyataan kalau suami Mba Yanti tengah tak ada dirumah.
Hingga dirumah Mba Yanti, semuanya masih tetap tidur hingga yang membukakan pintu yaitu pembantunya. Saya masuk kedalam tempat tinggal serta sesudah meyakini si pembantu naik ke kamarnya diatas, saya mulai bergerilya.
Dengan perlahan-lahan saya buka pintu kamar Mba Yanti, serta seperti telah kuduga, Mba Yanti tidur dengan daster tipisnya yang sisi bawahnya telah terungkap sampai paha serta celana dalam warna hitamnya. Saya meneguk ludah serta segera konak lihat paha montok yang putih mulus itu, terlebih komplit dengan CD hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Pagi itu saya telah menyiapkan semua sesuatunya untuk dapat menjajal badan montok kakak iparku. Tekadku telah bulat untuk nikmati tiap-tiap lekukan badannya. Sesudah senang lihat panorama di kamar, saya lalu menuju meja makan dimana kulihat dua gelas teh manis telah terhidang, satu untukku serta satunya tentu untuk Mba Yanti.
Dengan penuh semangat saya meneteskan cairan perangsang yang kubeli sekian waktu lalu kedalam teh Mba Yanti. Saya mengharapkan wanita itu bakal dipenuhi birahi hingga tak menampik buat aku sentuh.
Dewi keberuntungan sedang memihakku pagi itu. Tidak berapakah lama, Mba Yanti bangun serta seperti umum, dengan santainya dia jalan keluar kamar masih tetap dengan daster minim itu yang membuatku makin tergila-gila.
“Eh, ada Farhan, telah lama? ”, sapanya dengan nada serak yang terdengar seksi, seseksi badannya.
“Baru mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sembari lihat dengan terang buah dada besarnya yang no-bra itu.
Mba Yanti benar-benar sangat cuek, dia tak memperdulikan mataku yang nakal memandangi buah dadanya yang menggelantung dibalik daster tipisnya. Dengan gontai ia menuju meja makan serta hirup teh yang telah kuberikan cairan perangsang. Menurut teori, kurun waktu 5 hingga 10 menit ke depan, hormon progesteron Mba Yanti bakal bertambah serta ia bakal terbakar nafsu birahi.
Sesudah minum teh, Mba Yanti masuk ke kamar mandi untuk bersihkan muka, pipis serta tentunya bersihkan meki lah, he3x…
Keluar dari kamar mandi, muka Mba Yanti memanglah telah lebih fresh. Masih tetap dengan daster tidak tebal yang memberi info optimal itu, dia memanggil pembantunya serta menyuruh ke pasar. Wah, lebih perfect deh, fikirku.
Sesudah sedikit melakukan aktivitas di ruangan makan, ia kembali pada kamar. Tentu dia bakal ganti pakaian fikirku. Dengan perlahan-lahan saya ikuti di belakangnya. Serta benar juga seperti sangkaanku, Mba Yanti tak tutup dengan baik pintu kamarnya. Dia demikian cuek atau berniat memberikanku peluang mengintipnya bertukar pakaian.
Penisku makin mengeras lihat Mba Yanti menanggalkan dasternya serta … oh, rupanya obat perangsangku telah mulai bekerja. Mba Yanti terlihat gelisah lantas mengusap-usap selangkangannya dengan tangan. Saya seperti di beri barokah pagi itu, Mba Yanti benar2x seperti terangsang hebat. Dia dengan sedikit tergesa-gesa melepas CD hitamnya hingga saat ini ia benar2x bugil di kamar. Lalu kulihat ia mengusap-usap sisi meki serta sekitarnya dengan tangan. Wah… tidak bakal kubiarkan dia lakukan masturbasi.
Dengan semangat 45 serta penuh yakin diri, saya buka celanaku serta membiarkan penisku yang telah konak dari tadi mengacung bebas.
Walaupun dengan sedikit canggung, saya beranikan diri buka pintu kamarnya.
“Farhan… kamu…”, Mba Yanti menjerit lihat saya masuk ke kamarnya sesaat dia tengah bugil serta lebih kaget lagi lihat saya tanpa ada celana serta mengacungkan penis ke arahnya.
“Daripada gunakan tangan, gunakan ini saja Mbak…”, pintaku seraya memegang batang penisku. “Gila anda, janganlah kurang ajar”, sergahnya saat saya mendekati badan bugilnya.
Mba Yanti menolak tanganku yang menginginkan menjamahnya, namun nafsu birahi yang membakar otaknya membuatnya tidak cukup tenaga untuk menampik selanjutnya sentuhanku.
Saat tanganku sukses mencapai buah dada serta meremasnya, dia cuma katakan “Gila anda! ”, namun tidak sedikitpun menghindari tanganku untuk meremas-remas buah dada serta memilin puting susunya.
Saya telah terasa diatas angin. Mba Yanti cuma bersumpah serapah, tetapi badannya seperti pasrah. Tiap-tiap sentuhan serta remasan tanganku di badannya cuma direspon dengan kata “kurang ajar” serta “gila kamu”, tetapi saya terasa meyakini dia menikmatinya.
Sangkaanku benar, Mba Yanti pada akhirnya dengan malu2x memegang batang penisku.
“Besar banget miliki anda Farhan”, serunya.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku. Mba Yanti tersenyum manja, ”Gila anda! ”“Iya mbak, saya memanglah tergila-gila pada Mbak”, rayuku sembari selalu memilin puting susunya yang telah mengeras.
Mba Yanti makin relaks serta pasrah. Saat ini dengan begitu gampang saya dapat mencapai daerah selangkangannya yang berbulu tidak tebal serta mulai meraba-raba vaginanya yang nyatanya telah becek.
“Kaya’nya memeknya telah minta nih Mbak”, kataku.
“Gila anda! ”, tak tahu telah berapakah kali dia keluarkan kata itu pagi ini. “Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy style.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar