Jumat, 19 Mei 2017

Akibat Foto Bugil Aku Ngentot Tante Eva Montok

         Akibat Foto Bugil Aku Ngentot Tante Eva Montok


“Hai, kamu sukanya buat surprise. Mengapa tidak bebrapa katakan bila ingin datang? ” kataku basa-basi. “Kalau katakan dahulu ingin nyediain apa.. ”

Sesudah basa-basi kutawarkan mandi dahulu supaya hilang capeknya. Usai mandi, ia membereskan kembali tasnya. Sekilas ia lihat dinding di sekitar kamarku, yang penuh dengan gambar telanjang. Dia tersenyum serta berkomentar.
“Bagaimana bila ada anak-anak yang masuk ke kamar ini”, saya jawab kalau kamar ini spesial untuk orang yang telah dewasa.
“Kalau demikian ada gambar yang lebih porno lagi dong.. ”

“Ada, ingin saksikan? ”
Sebelumnya menjawab, kuambilkan sebagian photo porno kegemaranku yang kusimpan didalam almari bajuku.
“Mau saksikan, tidak apa-apa kok untuk pelajaran saja. ”
Dengan beberapa sangsi ia terima juga bebrapa photo kelompok XXX, serta diliatnya dengan jeli, tak tahu apa yang berkecamuk didalam hatinya saya tidak paham, namun tampak ekspresinya demikian tenang sekali. Tak tahu karna telah punya kebiasaan, atau karna demikian pandainya ia sembunyikan perasaannya.
“Gimana, komentar dong. ”
“Ada filmnya tidak? ”

“Nggak ada, namun bila yang asli malah ada”, kataku sembari bergurau.
“Yang asli mana, coba” saya terperanjat mendengar pernyataannya, beberapa hingga saya nyaris tak dapat menjawabnya.
“Eh, ada namun itu anu.. ” saya jadi gugup, sembari kuarahkan jariku ke arah kemaluanku.

“Tapi apa Mas.. ”
“Tapi mesti ada gantinya, barter gitulah. ”
“Tapi bila yang ini saya tidak punya”, sembari ujung jarinya tunjukkan kemaluan pada gambar yang ia pegang.
“Yang sejenis juga tidak pa-pa”
“Yang bener nih”, sembari tangannya bersiap-siap ingin memegang daerah terlarangku yang masih tetap terbungkus celana.

“He-eh bener”, kujawab saja sekenanya, saya sangka cuma gertakan saja dia ingin memegang kemaluanku. Begitu kagetku nyatanya tangannya betul-betul memegang kemaluanku dari luar celana.

Saya tak dapat katakan apa-apa, terkecuali menikmatinya dengan perasaan suka. Dengan cara refleks kuraih kepalanya serta kudekap sembari dalam hati berkecamuk pikirkan momen ini. Bila pacar atau orang lain saya tak bingung, namun ini yaitu rekanku yang pada saat kecil kerap bermain berbarengan. Namun karna ia selalu menyeka kemaluanku dari luar celana, saya buang fikiran itu jauh-jauh keraguanku. Keputusanku yaitu nikmati saja momen ini.

Kucium keningnya, pipinya serta bibirnya. Sembari kugerayangi punggungnya, lehernya, pinggangnya, pantatnya serta paling akhir buah dadanya. Sebagai penjajakan saja apa reaksinya. Nyatanya ia diam saja, bahkan juga makin keras memegang selangkanganku. Selalu kuciumi bibirnya hingga nafasnya memburu. Kubuka kausnya, serta saya lihat kulit badan yg tidak pernah terserang matahari itu sekian menyebabkan birahiku. Kubuka BH-nya serta lebih mengagumi akan saya atas keindahannya. Kuelus buah dadanya yang kenyal serta sekali-kali kupencet putingnya yang bikin nafasnya semakin memburu. Demikian saya berupaya mencium buah dadanya, ia mundur sembari menarik tanganku ke arah tempat tidur.

Dalam kondisi telentang nampaknya ia telah siap terima tindakanku selanjutnya, buah dadanya yang menantang bergelantungan. Sebelumnya saya mendekatkan diri, saya melepas bajuku sampai selesai, hingga batang kejantananku yang telah jadi membesar tergantung-gantung ikuti gerak serta langkahku. Berbarengan dengan itu ia melepas juga pembungkus badannya yang masih tetap tersisa, hingga kami betul-betul telah telanjang bulat.

Badannya betul-betul mulus, tak ada cacat, payudaranya tengah, masih tetap kencang, puting susunya coklat tua, mendekati hitam, perutnya ramping, lipatan kecil di perutnya tunjukkan belum demikian banyak lemak di situ, pinggulnya tengah, bulu kemaluannya tidak tebal, hingga bibir kemaluannya yang mengatup dengan rapi tampak demikian indahnya.

Ia capai batang kemaluanku, serta saya mendekatkan diri hingga gampang baginya untuk mengulum serta menjilati batang kejantananku. Sesaat tanganku tanpa ada kusadari telah mencapai bibir kemaluannya yang telah basah. Kuelus-elus bibir kemaluannya sembari kucari serta sesekali kusentuh klitorisnya. Serta kumasukkan jari tengahnya meraih basic kemaluannya. “Jilat kepalanya”, saya berbisik padanya. Dengan sigapnya ia selekasnya tahu maksudku. Ia selekasnya mulai menjilati kepala kemaluanku yang makin jadi membesar saja serta mengkilap oleh jilatan. Rasa geli serta nikmat bercampur jadi satu. Birahiku betul-betul telah tiba di ujung, menginginkan selekasnya ikuti perasaanku untuk selekasnya memasukkan kedalam liang senggamanya. Namun tunggu dulu, kuciumi dahulu badan Eva, mulai dari bibir, telinga, leher, buah dada, perut serta liang kewanitaannya.
Kujilat-jilat klitorisnya yang bikin dia menggelinjang ke kanan kiri tak karuan, pantatnya dia angkat tinggi-tinggi hingga saya memiliki ruangan yang baik untuk lakukan kegiatanku menjilati klitorisnya yang sepintas kulihat makin bengkak serta merah.

Hingga satu waktu badannya semakin menegang sembari berteriak mengatakan suatu hal yg tidak terang, berbarengan dengan itu membanjirlah cairan bening dari liang kewanitaannya. “Aku hingga Mas, saya hingga Mas…” demikianlah perkataan yang kutangkap dengan nafas terengah-engah.

Lalu kuambil posisi untuk menyetubuhinya, kemaluanku yang telah tegang serta jadi membesar di ujungnya kusiapkan di depan pintu gerbang kewanitaannya. Dengan tuntunan tangannya, kumasukkan kemaluanku hingga habis tertelan oleh liang kenikmatannya. Kembali ia mengerang, sembari memelukku dengan keras. Sesaat kudiamkan saja batang kejantananku didalam. Kurasakan pijitan liang kewanitaannya begitu membuatku makin nikmat. Batang kejantananku masih tetap kudiamkan terendam di situ.

Eva mulai menggerak-gerakkan pinggulnya, hingga kusentuh basic kemaluannya yang merasa seperti tonjolan yang makin keras menyentuh-nyentuh kepala kemaluanku. Makin nikmat rasa-rasanya, hingga saya sendiri tak tahan lagi dengan gesekan serta pijitan dari liang senggamanya hingga otot-otot pada badanku menegang serta berbarengan dengan itu, tanpa ada kusadari keluar maniku membasahi serta menghangatkan basic kemaluannya.
Kurasakan Eva lagi-lagi meraih orgasme. Kesempatan ini lebih panjang erangannya, makin kuat ia memelukku serta gerakan badannya makin tak teratur.

Kutancapkan dalam-dalam kemaluanku, sampai kami sama-sama berpelukan. Sebagian detik lalu kami terkulai. Saya masih tetap belum menginginkan mencabut kemaluanku yang bersarang dengan damai di liang sorganya. Kubalik badanku hingga ia jadi menindihku. Eva betul-betul senang serta bebrapa begitu kelelahan. Sebagian menit lalu ia telah tertidur dengan nyenyak. Kemaluanku yang telah melemah masih tetap ada didalam liang kewanitaannya.

Saya juga tertidur, dengan perasaan lega. Tengah malam kami bangun serta bermain lagi hingga senang. Setiap bangun bermain lagi. Hingga pada akhirnya kami betul-betul tertidur sampai jam 10 pagi. Karna dirumah tempat kost-ku cukup tesedia makanan instan. Hingga hari itu kami dapat lakukan dengan sepuas-puasnya, serta kami terasa tak perlu lagi menggunakan pakaian didalam tempat tinggal. Memasak air, menyapu membersihkan piring senantiasa diselingi dengan adegan percintaan. Hingga sore hari ia berpamitan kembali pada Surabaya meneruskan kuliahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe

Flickr