Minggu, 12 Maret 2017

Ospek Yang Menggairahkan

Narasi Seks Paling Hot Ospek Menggairahkan 



Namaku Dian Ratnasari (nama samaran). Usia 23 th.. Saya mahasiswi di satu perguruan tinggi di Bandung. Asalku dari Jawa Timur, jadi tujuannya hanya belajar di Bandung ini. Siapa tahu mungkin saja tukang insinyur. Saya tinggal di lokasi Dago, tempati satu tempat tinggal yang cukup luas punya keluarga pamanku. Tempat tinggal itu sepi dengan sebagian kamar kosong. Cuma ada saya, seseorang pembantu yang cukup tua serta dua ekor anjing peliharaanku dan sebagian ikan didalam akuarium di pojok ruangan tamuku. Keluarga pamanku tinggal di Inggris, lantaran pekerjaan belajar yang perlu ia kerjakan. 
Bermula dari inisiasi serta tujuan universitas yang dikerjakan kakak-kakak tingkatanku, saya berteman dengan seseorang rekan gadis bernama Santi. Gadis yang manis, dengan tinggi sekitaran 160 cm, berkulit kuning langsat. Saat itu, saya begitu kasihan bila lihat ia terima hukuman yang menurutku begitu dibuat-buat oleh seniorku. Diminta mencium-lah, meraba, serta push-up dibawah mereka. Akh… sialan, seribu topan badai! Saya sungguh tak terima serta umum style sok jagoanku nampak. Kudekati seniorku serta kuhajar dengan sebagian jurus perjumpaan dariku. Yah, gini-gini saya cukup kuasai karate serta pencak silat, menyerang serta bertahan, dua hal yang begitu kusenangi. Maklumlah saya sukai berkelahi dari kecil. 
Sebagian senior juga mulai mengeroyokku. Sembari sudah pasti, terjatuh-jatuh terima sepakan serta libatan tanganku. Apa akan dikata satu diantara senior, yah mungkin saja ia termasuk juga pimpinan mahasiswa di kampusku melerai kami serta berikan hukuman pada kami semuanya. Lari-lari mengelilingi universitas sembari menyanyi serta menari, basic! 
But never mind, yang terutama gadis manis itu tak akan digoda serta diganggu. Mungkin saja mereka malu atau takut bila usai saat yang perlu dilewati mahasiswa baru ini akan ketemu saya serta dapat betul-betul kuhajar mereka. Bagaimanapun yang lemah mesti dibela. 
Satu minggu kemuRatna, baru kutahu gadis itu satu kelas denganku serta kami juga berteman. 
“Hai…, terima kasih yah tempo hari anda menolongku. Dikarenakan saya, anda jadi terkena permasalahan deh. ” Hey dia menyapaku duluan. 
“Ah ndak kok, itu sih masalah kecil buatku”, sembari tersenyum kusapa balik. 
“Oh, yah kita belum berteman tempo hari, nama anda siapa? ” Saya ajukan pertanyaan seakan saya belum tahu namanya. Hi.. hi.. walau sebenarnya saya sudah mengetahui namanya dari senior-seniorku. 
“Santi, anda? ” Duh mak, nih gadis betul-betul manis sekali, senyumnya aah…, terlebih matanya, bulat dengan alis yang teratur rapi berwarna hitam, cocok sekali 
“Hey… anda mengapa? ” Duh ketahuan bila lagi terpana. Eh, nih anak baju serta celananya seksi and ketat sekali, mengundang perhatian cowok, fikirku. Lain sekali denganku, celana jeans belel dengan baju panjang kedodoran, potongan rambut pendek cepak serta menggunakan arloji yang besar. Pokoknya saya suka seperti ini, dahulu saya populer cool diantara rekan-rekan cowok SMU-ku di Malang. 
“Ah.. yah.. namaku Ratna, komplitnya Dian Ratnasari. Namun anda bisa panggil saya apa sajakah, namun Ratna lebih nikmat kedengarannya, he.. he.. he. ” Jadi grogi juga nih. 
“Hmm.., anda tinggal dimana? ” tanyaku, siapa tahu kan kelak dia lebih rajin miliki catatan, kan dapat kupinjam. Basic otak nakal serta pemalas. Saya heran juga, dari kecil saya tak sukai belajar namun saya dapat dengan gampang terima apapun dalam otakku. Bukannya sombong namun yah.., hanya demikian saja. 
Tanpa ada sadar saya senyum-senyum sendiri, saat ia menegurku, “Ian, anda duduk di sebelahku yah”, pintanya. Saya cuma manggut-manggut saja mengiyakan sembari selalu jalan menuju kelas kami. 
“Eh, anda ini lucu juga yah, dari tadi senyum-senyum sendiri hihihi”, ia tertawa kecil. Duh maak manisnya rekanku ini. 
Mendadak dari arah belakang terdengar kegaduhan kecil, nyatanya segerombolan cowok-cowok mengganggu serta mempermainkan salah seseorang rekan kami yang lebih kecil ukurannya dari mereka, mungkin saja sekitaran 155 cm. Oh, yah saya sendiri 172 cm serta beratku 60 kg. Cukup tinggi besar untuk ukuran cewek kali, yah? 
Lagi-lagi saya belagak nih, walau sebenarnya memanglah tanganku gatal menginginkan meninju orang, habis tengah gregetan nih sama Santi. Kusambar satu diantara cowok serta tendanganku begitu pas bersarang dibawah perutnya, yah si-xxx, tahu rekannya menjerit, mereka berhenti serta memandangku. Ada kemarahan di muka mereka, tetapi saya tidak paham mengapa, mereka segera ngeloyor pergi sembari menolong rekannya jalan. Akh, saya senang juga. Mulai sejak waktu itu, saya cukup disegani di kampusku, mungkin saja juga mereka sudah membaca biodataku di buku tahunan. 
Kembali menjajari Santi, saya ajukan pertanyaan lagi, “Eh, dimana tempat tinggal anda? ”. 
Dia tersenyum, “Kamu masihlah inget dengan pertanyaanmu sesudah berkelahi baru saja? ”, berkata demikian, tangannya melekat di pundakku serta turun menggandeng tanganku. 
“Yah, sekali lagi, itu hal kecil buatku, habisnya mereka seenaknya mengganggu orang lain”, gumamku sembari nikmati sentuhan alami lengan serta jari-jari kami yang sama-sama mengait. 
“Ah, sudahlah, janganlah dibicarakan lagi”. 
Jemu juga saya, kan saya pingin tahu mengenai anak satu ini eh, jadi melenceng dari pokoknya. 
“Aku tinggal di Taman Sari”, jawabnya. Pada akhirnya meluncur juga jawabannya. 
“Tinggal dengan siapa? ”, tanyaku agak bingung, maklum sendirian sih saya. 
“Kost, ama rekan-rekan juga.., banyak kok”, Ia menjawab sembari pilih tempat duduk buat kami berdua. Ok, di sudut belakang, jadi saya dapat tidur nih. 
“hh, bisa main nih, saya jemu sendirian di rumah”, timpalku. 
“Aksen anda kelihatannya tidak dari sini, bila saya dari sekitaran sini juga sih, anda bukanlah orang sini, kan? ”, Ia balik ajukan pertanyaan padaku. “Iyah, saya bukanlah orang sini, namun saya tinggal dirumah pamanku, sekalian jagalah tempat tinggalnya. ” 
Kuliah pertamaku diawali, akh jemu rasa-rasanya. Tanpa ada berniat tanganku merangkul kursi samping serta melekat di punggung Santi. Pada sadar serta tak, maklum mengantuk, saya seperti rasakan gesekan halus di tangan kananku. Jantungku berdesir serta mulai berdegup kencang. 
Kutengok, nyatanya punggungnya betul-betul ia gesekkan ke tangan kananku sampai jamku juga tertarik ke atas-bawah, ke kanan-kiri, akhh saya mulai nikmati permainan ini. Bibirnya terbuka sedikit, ia menengadah serta lehernya yang tahap kulihat begitu menantangku. Akh, saya menginginkan mengecupnya, duh saya bergetar. Ada apa ini? 
Saya duduk dengan gelisah, akh dia mempermainkan nafsuku. Aduh dapat pening saya dibuatnya. Saya berdoa, mudah-mudahan kuliah ini cepat usai. Dengan sedikit keberanianku, Iih.., saya takut bila ketahuan rekan lain. Telapak tangan kananku mulai meraba serta meremas bahu serta selalu turun ke punggung, pinggang, serta berhenti diantara dua kantong saku di belakang jeansnya. Ia mulai menggoyang pantatnya, geser depan-belakang, kanan-kiri. Kuremas satu diantara pantatnya yang muat juga di tanganku. Hehehe nyatanya cukup kecil, namun kenyal, serta enaak sekali. Nafasku juga memburu dengan cepat. Akhh lamanya kuliah ini. 
Pada akhirnya, kuliah usai juga. Permainan kami juga berhenti. Saya tersenyum serta ia juga membalas senyumku serta mengajakku ke belakang (toilet wanita). Duh, hilang ingatan juga Santi, apa orang sini berani-berani yah. Tanpa ada ba-bi-bu kuikuti langkahnya serta pokoknya kami telah ada didalam. Cukup sepi, lantaran terhitung masihlah pagi, belum ada yang ke belakang. Saya bersukur juga. Lagian yang namanya makhluk berjenis kelamin perempuan tak demikian banyak. Saya sebagian fikir cukup bermain 15 menit. 
Saya duduk di closet serta dia kupangku. Kepalanya pas dihadapanku. Kami cuma berjarak berapakah inchi saja. Nafasnya yang hangat menyapu wajahku. Hidungnya yang agak mancung, ia gesek-gesekkan di hidungku, ih geli juga. Saya tak tahan. 
“Hey, I can lift you”, sembari tersenyum ia berkata. 
“Aku hanya 48 kok, San”, sembari melingkarkan lengannya di leherku. Kugendong ia serta saya duduk kembali. Ia tertawa lirih. 
Tanganku selalu meraba paha, selalu ke belakang, meremas pantatnya ke atas menelusuri pinggang serta mulai menyelusup dibalik kaus ketatnya, setiap gunung kembar itu teraba olehku terlihat kausnya jadi tambah padat serta ia busungkan dadanya sembari menggeliat menahan nafsu birahinya, duh melekat di punyaku, menghimpit serta, “Terus.., lagi.., dan…” Saya tidak sabar, kubuka kaus ketatnya serta hilang ingatan, Santi betul-betul berbody indah, saya terasa yang dibawah mulai berdenyut-denyut. Bra-nya yang putih kecil, seolah tidak dapat menutupinya, kubuka sekalian, serta nampaklah gunung itu atau dapat dikata bukit sajalah. Kecil serta menantang, kuelus serta kujilati, akh harum, keringatnya mulai keluar satu-satu agak asin. Akh, saya makin hilang ingatan. Kuremas pantatnya, kutekan ke selangkanganku, akh ia meremas rambutku serta menghimpit kepalaku pas di belahan itu. Akhh! ia mulai menjepit kepalaku, akhh saya nyaris tidak dapat bernafas. Hilang ingatan kencang sekali mainnya! Kecil-kecil cabe rawit. Duh, nafasku sesak nih. Sembari selalu kutekan pantatnya ke perutku. 
Akh, terlepas juga kepalaku kemudian ia menjerit pelan, kaget juga saya, mengapa dia? Baru sekali ini saya lakukan permainan kait-mengait. Terlebih dengan seseorang gadis. Eeh, apa dia masihlah gadis? Entar kutanya, namun mataku pernah melirik arlojiku serta saya tahu permainan ini mesti dipending, ada kuliah lagi. 
Kukecup lembut serta lidahku masihlah menginginkan melumat ke-2 bukit itu, kupasang kembali bra serta kaus ketatnya. 
“Entar lagi, yah”, kataku, ia tersenyum. 
“Makasih, Yan”. 
Kutepuk-tepuk pantatnya serta selekasnya kuputuskan. 
“San.., anda ingin geser ke rumahku? ”, tanpa ada fikir panjang juga ia mengangguk. Kuturunkan dia serta saya terasa CD-ku seperti lembab serta lengket. 
“San, entar dahulu yah”, sembari kubuka retsluiting celanaku serta kuraba yang dibalik CD-ku yakni selangkanganku. Jariku basah seperti ada jelly. Ada apa nih? Saat itu juga kubuka agak lebar serta saya melongok untuk memandangnya lebih terang. Santi mencapai jariku yang basah serta hirup dan menjilatinya, “Enak, asin, gurih, harum selangit! ” terpana saya lihat mulutnya yang bergetar saat menggumamkan kalimat itu. 
Tangannya membimbingku masuk celana ketatnya serta selalu ke bawah serta dibalik CD-nya, basah juga. Mengapa kami, yah? Bingung juga yah saya saat itu. Hehehe, saya mulai suka pada permainan ini. Telapak tanganku nyatanya cukup menutupi selangkangannya, ia gesek-gesekkan serta saya mulai menghimpit kemaluannya, jari tengahku mulai bermain-main ke sana-kemari. Kembali Santi menggeliat serta mengerang lirih. Duh, apa toilet ini memanglah kosong yah? Hilang ingatan juga nih anak, gunakan acara mengerang semua terlebih gunakan menjerit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Subscribe

Flickr