Cerita Sex | Tante Horny
Aku sedang berlibur di kota
Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang
7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun
dan omku berumur 35 tahun.
Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak
memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan
tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia
hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun,
masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.
Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida
mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah
mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara
postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku
175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap
aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku
memberi aku duit.
Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja,
karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om
ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku
merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari
kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap
saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor,
Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke
pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi
dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga
rumah.
“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.
TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat
persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar
desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku
terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku
sendiri.
Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang
kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah.
Kutinggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada
penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin
panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang
ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…
“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.
“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali
saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa
kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante
Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget
dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan
penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu.
Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku
menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya
yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap
dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri
dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas,
karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.
“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak
menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani
aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat,
sehingga ciumanku terlepas….
“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku
ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak
tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.
Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok
diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya,
kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu
langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit.
Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin
balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan
pandangannya yang sangat menghina padaku.
Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada
kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus
meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang
dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus
menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh
tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat
melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm
dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh
tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.
Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak
ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau
mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan
lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat
tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya
yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok,
mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan
tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.
Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah
masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci
kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu
kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan
tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya,
kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…
“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!”
Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang
kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan
jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.
“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh
hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu,
kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang
mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin
memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan
kuat dan……..
“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa
angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn…
oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!”
akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,
serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan
tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.
Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai
dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan
apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa
akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu.
Tarikan nafasnya masih terengah-engah.
Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam
dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku
yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante
Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu
menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut
terdengar suaranya…
“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”
“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk
tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri
sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari
alasan sekenanya.
Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih
menggenggam penisku katanya lagi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar